Folklore Defenition | English Version
Folklor berasal dari bahasa Inggris "folklore" yang merupakan tradisional seni, sastra, pengetahuan, dan praktek yang disebarkan terutama melalui komunikasi lisan dan contoh perilaku. Ini termasuk cerita rakyat, mitos, legenda, kepercayaan, praktik, takhayul, dll.
Setiap kelompok yang berbagi identitasnya sendiri, sebagai bagian sentral dari identitas itu, tradisi-rakyat hal-hal yang dipercayai orang tradisional (praktik penanaman, tradisi keluarga, dan elemen lain dari cara memandang kehidupan), tindakan (tari, membuat musik, menjahit pakaian), pengetahuan (bagaimana membangun sebuah bendungan irigasi, bagaimana merawat suatu penyakit, bagaimana mempersiapkan sajian), membuat (arsitektur, seni, kerajinan), dan mengatakan (cerita pengalaman pribadi, teka-teki, lirik lagu).
Contoh-contoh ini menunjukkan, dalam banyak kasus tidak ada aturan yang baku dalam mengategorikannya, baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia kerja sebagai folkloris.
Kata "folklor" memberi dimensi yang sangat besar dan sangat signifikan dari budaya. Mengingat seberapa besar dan kompleks subjek ini, maka tidak mengherankan bahwa folkloris mendefinisikan dan menggambarkan folklor dalam banyak cara yang berbeda. Cobalah minta sejarawan tari untuk definisi "tari,"misalnya, atau antropolog untuk mendefinisikan "budaya." Tidak ada satu pun definisi yang cukup atau pasti.
Ini juga disebabkan karena sebagian folkloris (ahli folklor) menekankan bagian tertentu atau karakteristik dari dunia folklor sebagai hasil kerja sendiri, kepentingan mereka sendiri, atau khalayak tertentu yang berusaha mereka capai. Dan bagi para folkloris, seperti anggota kelompok manapun yang berbagi minat yang kuat, tidak setuju dengan satu sama lain adalah bagian dari pekerjaan dan kenikmatan di lapangan, dan merupakan salah satu cara terbaik untuk belajar.
Folklor berasal dari bahasa Inggris "folklore" yang merupakan tradisional seni, sastra, pengetahuan, dan praktek yang disebarkan terutama melalui komunikasi lisan dan contoh perilaku. Ini termasuk cerita rakyat, mitos, legenda, kepercayaan, praktik, takhayul, dll.
Setiap kelompok yang berbagi identitasnya sendiri, sebagai bagian sentral dari identitas itu, tradisi-rakyat hal-hal yang dipercayai orang tradisional (praktik penanaman, tradisi keluarga, dan elemen lain dari cara memandang kehidupan), tindakan (tari, membuat musik, menjahit pakaian), pengetahuan (bagaimana membangun sebuah bendungan irigasi, bagaimana merawat suatu penyakit, bagaimana mempersiapkan sajian), membuat (arsitektur, seni, kerajinan), dan mengatakan (cerita pengalaman pribadi, teka-teki, lirik lagu).
Contoh-contoh ini menunjukkan, dalam banyak kasus tidak ada aturan yang baku dalam mengategorikannya, baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia kerja sebagai folkloris.
Kata "folklor" memberi dimensi yang sangat besar dan sangat signifikan dari budaya. Mengingat seberapa besar dan kompleks subjek ini, maka tidak mengherankan bahwa folkloris mendefinisikan dan menggambarkan folklor dalam banyak cara yang berbeda. Cobalah minta sejarawan tari untuk definisi "tari,"misalnya, atau antropolog untuk mendefinisikan "budaya." Tidak ada satu pun definisi yang cukup atau pasti.
Ini juga disebabkan karena sebagian folkloris (ahli folklor) menekankan bagian tertentu atau karakteristik dari dunia folklor sebagai hasil kerja sendiri, kepentingan mereka sendiri, atau khalayak tertentu yang berusaha mereka capai. Dan bagi para folkloris, seperti anggota kelompok manapun yang berbagi minat yang kuat, tidak setuju dengan satu sama lain adalah bagian dari pekerjaan dan kenikmatan di lapangan, dan merupakan salah satu cara terbaik untuk belajar.