Jejak Sejarah di Tanah Patriot: Kisah Bekasi dari Kerajaan hingga Perjuangan
English Version: The Story of Bekasi
Bekasi, kota yang kini dikenal sebagai pusat urbanisasi dan industri, menyimpan kisah sejarah yang dalam dan kaya. Di balik hiruk pikuk kehidupan modern, terdapat jejak-jejak masa lalu yang masih hidup dalam setiap sudutnya. Bekasi tidak hanya sekadar kota satelit dari Jakarta, tetapi juga tanah yang dipenuhi dengan cerita-cerita besar, baik dari masa kerajaan yang megah hingga perjuangan para pahlawan kemerdekaan.
Pada zaman dahulu, Bekasi dikenal dengan nama Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, yang dipercaya sebagai ibu kota Kerajaan Tarumanegara. Salah satu warisan penting dari kerajaan ini adalah Prasasti Tugu, sebuah prasasti yang mencatatkan nama sebuah sungai yang melintasi kota Bekasi, yaitu Candrabaga. Nama sungai ini adalah petunjuk awal mengenai asal-usul nama Bekasi.
Secara filosofis, nama "Bekasi" berasal dari dua kata yang memiliki makna mendalam. Candrabaga sendiri terbentuk dari dua kata dalam bahasa Sansekerta: Chandra yang berarti "bulan" dan Bhaga yang berarti "bagian". Menurut ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno, Poerbatjaraka, kata Chandrabhaga secara etimologis berarti "bagian dari bulan". Filosofi ini mengandung makna yang indah, menggambarkan bagaimana Bekasi, meski bukan pusat pemerintahan utama, tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebesaran kerajaan yang ada. Sebuah wilayah yang meskipun jauh dari cahaya utama, tetap mendapat sinar dari bulan yang sama.
Pada masa Kerajaan Tarumanegara (sekitar abad ke-5 Masehi), Maharaja Tarusbawa mendirikan kerajaan ini dengan menempatkan Dayeuh Sundasembawa (yang kini dikenal sebagai Bekasi) sebagai ibu kota. Keberadaan Bekasi sebagai wilayah strategis tidak hanya terlihat dari posisi geografisnya yang menghubungkan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan daerah pedalaman, tetapi juga dari nilai historis yang terkandung dalam prasasti-prasasti yang ditemukan di sekitar wilayah ini. Salah satu prasasti yang paling penting adalah Prasasti Kebantenan, yang berisi keputusan dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), yang ditulis pada lempeng tembaga.
Melangkah lebih jauh, Bekasi terus menjadi tempat penting dalam sejarah Kerajaan Galuh dan Pajajaran. Pada abad ke-8 Masehi, Bekasi menjadi bagian dari kerajaan besar yang meliputi daerah-daerah strategis di sekitar Sunda Kelapa dan wilayah pesisir utara Jawa. Namun, kisah Bekasi tidak hanya terhenti pada masa kerajaan. Pada abad ke-20, Bekasi menjadi saksi pertempuran besar yang melibatkan pejuang-pejuang kemerdekaan, terutama dalam Perang Krawang-Bekasi, yang dikenal dalam puisi monumental karya Chairil Anwar yang berjudul "Krawang-Bekasi". Dalam puisinya, Chairil Anwar menulis bahwa Bekasi adalah "Bumi Patriot," sebuah kota yang dihormati karena menjadi tempat perjuangan para pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan Indonesia.
Kini, Bekasi adalah kota yang penuh dengan kehidupan modern—penuh dengan pusat industri, perumahan, dan komersialisasi. Namun, jejak sejarah yang tertinggal di setiap sudutnya tetap hidup. Bekasi, dengan nama yang berasal dari Chandrabhaga, bagian dari bulan, adalah lambang dari sebuah kota yang meski sering kali berada di bawah bayang-bayang pusat, tetap memiliki peran penting dalam sejarah panjang bangsa ini.
Pesan Moral:
Bekasi mengajarkan kita untuk selalu menghargai akar sejarah kita, sekalipun kita hidup di tengah kemajuan zaman. Meskipun Bekasi adalah kota yang berkembang pesat dan dikenal dengan kemajuan industrinya, kota ini tetap memiliki nilai sejarah yang mendalam yang tidak boleh dilupakan. Nama Bekasi, yang berasal dari Chandrabhaga atau "bagian dari bulan", mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki peran yang penting, meski tidak selalu menjadi pusat perhatian. Setiap bagian, sekecil apapun, berkontribusi pada keseluruhan. Selain itu, perjuangan para pahlawan di Bekasi untuk kemerdekaan mengingatkan kita akan pentingnya pengorbanan dan semangat perjuangan untuk masa depan yang lebih baik.